Realita di pagi hari

Mentari mulai meninggi memudarkan keanggunan pagi, dan memanggang kepala 45^o di ufuk timur. Langkah-langkah kakiku mulai merambah jalan setapak di gang yang sudah kulewati selama 20 tahun terakhir.

Ya, 20 tahun sejak keluargaku menetap di ujung gang itu, dan itu sejak aku belajar di SD sampai jadi kuli di sebuah kantor berita. Seperti biasa pula aku mencegat angkot di mulut gang itu.

Satu angkot berhenti dan membawaku menuju terminal Lebak Bulus, di tengah perjalanan saat kemacetan menghentikan bergulirnya roda angkot.
Ada hal yang menghentikan pandanganku yang mencari suasana lain dari kemacetan, diseberang jalan itu sepasang insan setengah baya yang bergandengan tangan.

Yang menarik adalah kedua insan itu adalah tuna netra, mereka membawa sapu dan keset hasil tangan mereka sendiri, aku tahu setelah membacanya pada papan triplek sebagai reklame yang dikalungkan pada leher si bapak yang bertuliskan 'Menjual Hasil Kerajinan Tangan Tuna Netra : Sapu, Keset, dll'.

Mereka berjalan sambil memajang papan reklame seadanya itu dan dengan membawa barang dagangan mereka dipundak dan entah sudah berapa lama bereka berjalan, dipayungi terik matahari.

Sepasang insan itu, sesekali bercakap-cakap, walau entah apa yang mereka bicarakan, tapi mereka tampak bahagia dan seolah tanpa beban, padahal aku tahu beban hidup mereka amat sangatlah berat.
Mereka kadang bertatapan dan tersenyum, seolah mereka dapat saling memperlihatkan senyum mereka, senyum dari hati ke hati dengan ketulusan.

Dan saat angkot kembali memutar rodanya aku masih memandang ke arah mereka kali ini dengan senyum sampai mereka menghilang saat jalan mulai berbelok. Ya aku telah belajar sesuatu tentang kehidupan dan semangat dari mereka hari ini.

Quote hari ini :
Bila harus mati setidaknya kematian itu dapat menyelamatkan sebuah kehidupan [~Kushinryu Klan~]

---------------------------
Duuh Blog Draft yang mau di posting hilang semua....
Kaco niih Blogger. Kan cape ngetiknya...huhuhuhu...
Masa ga boleh bikin Draft... hu-uh sebel.